Apa beda umur dan usia. Pernahkah Anda bertanya?

Ada pendapat yang mengatakan bahwa umur adalah masa rentang antara lahir hingga mati, Sedangkan usia adalah masa antara lahir hingga waktu kini. Singkatnya, usia adalah bagian dari umur. Usia sudah kita kelewati, tapi bagaimana dengan umur? Apakah doa panjang umur di setiap tahunnya sudah cukup bagi kita?

Suatu hari di sebuah ruang diskusi, seorang teman yang kebetulan tanggal lahirnya bertepatan dengan hari itu meminta doa. Lebih kurang doanya begini.

“Aku ada dua pemintaan doa. Doakan ya agar Allah berikan aku umur yang bermanfaat dan Allah mampukan untuk sedekah 1 miliar.”

Permintaan dia ini begitu sederhana, tapi bermakna. Yaitu tentang umur yang bermanfaat.

Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia. Serta mulia. Serta mulia.

Inilah redaksional yang sering disampaikan ketika perayaan ulang tahun. Kita tidak akan membahas pro kontra perayaan ulang tahun. Tapi bagaimana caranya kita sebagai Muslim memaknai usia?

Umur yang bermanfaat adalah harapan kita semua. Semakin bertambahnya usia, semakin bijak pula kita memaknainya. Orangtua pun sering berpesan.

“Jangan doakan panjang umur, doakan saja umur yang bermanfaat. Karena panjang umur malah bisa merepotkan yang merawat.”

Benar juga pesannya. Bahwa yang harusnya kita harapkan adalah umur yang bermanfaat, bukan hanya umur yang bertambah.

Umur pun juga dimaknai dengan makmur. Apakah dengan bertambahnya umur kita sudah memakmurkan bumi Allah ini? Jika belum, tentu menjadi perenungan tersendiri bagi kita yang setiap tahunnya bertambah angka usianya.

Jika dilihat dari bahasa Arab pun ada yang menarik. Ahsanur Ahmad, Lc dalam Alquds.com menuliskan:

Bahasa Arab menggunakan kata sinnun dan umrun. Sinnun dalam Bahasa Arab adalah kata yang bisa berarti gigi dan bisa juga berarti usia. Adapun umrun bisa berarti makmur bisa berarti umur. Dari keterkaitan ini terlihat bahwa sinnun dentik dengan fisik, sedangkan umrun identik dengan apa yang dilakukan seseorang untuk memakmurkan hidupnya.

Banyak orang yang usianya panjang, tapi belum bisa memberikan kemakmuran. Tapi banyak orang yang usianya pendek, tapi kemakmuran yang dia berikan masih terasa sampai sekarang. Bagaimana bisa? Dengan karya yang dia tinggalkan. Karya yang menjadi amal jariah baginya. Karya yang menjadi tabungan amalan akhirat. Karya yang saat dia tiada, pahala akan senantiasa mengalir padanya.

Maka sebagai Muslim, apa yang harusnya kita harapkan? Panjang usianya? Atau panjang umurnya?

Share This

Share This

Share this post with your friends!