Kondisi pandemi membuat sistem belajar di sekolah berubah. Pertemuan fisik dibatasi. Pertemuan online ditingkatkan. Banyak guru, siswa, bahkan orangtua kewalahan karena tidak terbiasa. Yang namanya hal baru, tentu butuh pembiasaan. Tapi kondisi ini pun semakin menarik untuk memunculkan sebuah pertanyaan. Untuk apa belajar topik ini?
Ada begitu banyak pelajaran yang tecantum di kurikulum. Pertanyaannya sederhana. Apakah seluruh pelajaran tersebut bermanfaat? Jika pertanyaannya bermanfaat, tentu pasti ada. Tapi jika pertanyannya diubah, apa kaitannya dengan kehidupan? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab.
Bayangkan Anda adalah seorang guru fisika. Pelajaran pekan ini membahas tentang Hukum Newton. Ada seorang anak yang kritis bertanya:
“Bu, untuk apa saya belajar Hukum Newton? Apakah ada manfaatnya untuk kehidupan nyata saya? Kalau tidak ada manfaat dan relevan dengan kehidupan saya, untuk apa saya belajar? Bukankah lebih baik saya pelajari apa yang saya butuhkan dan bisa diterapkan dalam kehidupan?”
Atas pertanyaan ini, bisakah Anda menjawab dengan meyakinkan kepada anak tersebut? Tentu jawaban formalitas tidak akan memuaskan. Jawaban formalitas seperti:
“Udah belajar aja, yang penting kamu dapat nilai.”
“Kamu belajar agar pintar.”
“Belajar dapat nilai bagus. Naik kelas. Lulus kulaih agar dapat kerja bagus.”
Jawaban pragmatis yang tidak memuaskan. Padahal salah satu esensi pendidikan adalah membantu anak untuk mengenali potensi terbaiknya. Bukan menjalani arus begitu saja tanpa tujuan yang jelas.
Tantangan bagi pengajar untuk memahami why. Kenapa suatu teori penting untuk dipelajari sehingga lebih mudah bagi murid untuk memahami. Seorang guru pun butuh terbuka untuk diskusi kepada muridnya untuk mendapatkan perspektif yang berbeda sehingga mampu membangun jembatan penghubung dan merumuskan pembelajaran terbaik.
Seorang guru jangan hanya belajar dan mengajar terpaku pada kurikulum dan prosedur. Memang hal itu penting. Tapi jika sebatas itu, kaku sekali rasanya. Let’s explore. Ada banyak cara menarik untuk mengajar dan inspirasi di balik teori. Tidak cukup jadi guru biasa, jadilah guru yang memberikan makna.
“Kenapa saya mempelajari ini?” adalah sebuah pertanyaan sederhana yang harus dicari jawabannya. Karena semakin kita paham dengan tujuan, semakin kuat pula energi yang terbangun untuk menjalaninya.
Tantangan bagi pengajar sekaligus pembelajar. Coba buat daftar, topik apa saja yang ingin diajarkan dan dipelajari. Dari daftar tersebut, berikan ruang untuk menjawab, untuk apa saya belajar ini.
Contoh. Di semester 1 kelas VIII SMP mata pelajaran Bahasa Inggris topiknya adalah sebagai berikut:
- Asking and giving attention
- Asking and giving opinion
- Showing appreciation
- Say can and will
- Make a greeting card
Jawablah masing-masing topik tersebut dengan manfaat dan tujuannya. Bukan hanya dengan jawaban formalitas. Tapi jawaban yang relevan dengan kehidupan. Semakin relevan, semakin penting untuk dipelajari.
Contoh manfaat dan tujuan belajar:
Tujuan kita mempelajari topik asking and giving attention. Misal, kita mau memberi pengumuman atau ingin berbicara dengan seseorang yang sedang mengerjakan sesuatu. Tentu kita perlu meminta perhatiannya agar dia bisa memperhatikan kita saat berbicara. Untuk itulah kita perlu belajar asking and giving attention kepada kita.
Cara pikir seperti ini bukan hanya untuk siswa di sekolah atau mahasiswa di universitas saja. Bagi pembelajar kehidupan pun cocok untuk digunkan. Misalkan seorang karyawan yang ingin belajar public speaking. Dia pun menulis daftar apa saja yang dia butuhkan dari public speaking. Misalkan:
- Memunculan keberanian tujuannya agar gagasan tidak hanya terpendam di pikiran.
- Berpikir sistematis tujuannya agar pesan yang tersampaikan dengan baik ke pendengar.
- Berbicara otentik tujuannya untuk memberikan kesan dan teringat oleh pendengar.
Mau belajar apa, jangan lupa ketahui tujuannya apa. Selamat mencoba.